Minggu, 11 April 2010

Potong Gigi



Mepandes atw potong gigi bisa juga disebut Mengikis gigi menghilangkan sifat buruk manusia,yg dalam agama hindu dikenal dengan Sad Ripu atw 6 musuh dalam diri manusia. Inilah tradisi masyarakat Hindu-Bali dalam Mepandes. Ritual yang juga disebut Metatah ini digelar saat anak beranjak dewasa atau sebelum menikah. Tak heran, sebuah upacara potong gigi gratis yang digelar untuk masyarakat kurang mampu ( metatah masal)ramai peminat.

Berbalut busana putih dan kain kuning, deretan anak-anak ini bersiap mengikuti upacara. Tabuhan gamelan gender mengiringi upacara yang melibatkan 15 sangging atau tukang potong gigi,yg biasanya adalah seorang pemangku atw sulinggih. Mepandes dibuka dengan Mabhyakala dan Maprayascita atau penyucian diri.

Saat potong gigi dimulai, para remaja merebahkan diri dan membuka mulut lebar-lebar. Enam buah gigi diratakan dengan alat kikir. Ini melambangkan menghapus enam sifat buruk manusia, yakni, nafsu, rakus, marah, mabuk, bingung, dan dengki.

Upacara ini biasanya digelar individual yang bisa menghabiskan biaya puluhan juta rupiah. Untuk itu upacara digelar secara massal agar dapat menghemat biaya tanpa mengurangi nilai-nilai inti upacara.

Minggu, 21 Maret 2010



Ogoh-ogoh,sebuah budaya yang berkembang di kehidupan masyarakat Bali sebagai sebuah kreatifitas yg di dominasi oleh anak-anak muda Bali untuk menyambut rangkaian hari raya Nyepi atau pergantian tahun baru caka.Dalam budaya orang Bali dan agama hindu di Bali sangat dipercaya adanya rwa bhineda di kehidupan ini,siang dan malam, hitam dan putih,baik dan buruk,dua hal yg tak dapat dipisahkan satu sama lain,dalam hal ini ogoh-ogoh dilambangkan dengan perwujudan Bhuta Kala sebagai simbol hal-hal yg buruk.

Pada perayaan pengerupukan sehari sebelum hari raya nyepi,setelah melakukan ritual pecaruan (red.sesaji untuk para bhuta kala,agar tidak mengganggu) maka ogoh-ogoh tersebut akan diarak/digotong beramai-ramai oleh warga ntuk mengelilingi wilayah banjar atau desa masing-masing di ikuti dgn gambelan untuk meramaikan suasana,dalam konteks ini di artikan bahwa ogoh-ogoh digunakan untuk menetralisir keberadaan bhuta kala di lingkungan sekitar,yg kemudian ogoh-ogoh tersebut di bakar bersama-sama di setra (kuburan Bali).Semua suasana hiruk pikuk dan keramaian di malam perayaan Tahun caka atau pengrupukan ini,akan sangat berbeda di kesokan harinya yaitu pada perayaan Nyepi,dimana semua ruas jalan di Bali menjadi sepi lengang tanpa ada hiruk pikuk aktivitas manusia dan lalu lalang kendaraan.Semua masyarakat hindu Bali melakukan Catur Bratha Penyepian,antara lain: tidak menyalakan api,tidak bekerja atau melakukan aktivitas,tidak keluar rumah,dan tidak mengikuti hawa nafsu atau bersenang-senang.Semua itu di lakukan satu hari penuh,sampai keesokan harinya semua kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Itulah sebuah gambaran kreasi dan seni yang menjadi tonggak sebuah budaya yg berwawasan seni keagamaan,yg senantiasa akan selalu bekembang dan berdampingan dengan kehidupan masyarakat hindu di Bali.

Jumat, 12 Maret 2010

Terasering persawahan di Bali

Iseng hunting bersama teman-teman ntuk mencari view buat photo-photo,saya dan teman -teman berhenti di sebuah lokasi persawahan tepatnya di desa Tegallalang Gianyar,ternyata sebuah pemandangan mengagumkan hadir di depan mata kita,saya sendiri sebagai orang Bali mengakui kehebatan para pendahulu kita yg mempunyai pemikiran sedimikian rupa tentang terasering,yang memanfaatkan lahan sedimikian rupa menjadi efisien dan tepat guna,dipadukan dengan pemandangan alamnya yang sejuk dan menawan,Tegalalang ternyata mampu menjadi objek pariwisata bagi wisatawan mancanegara maupun domestik,yang tentunya berimbas pada perekonomian masyarakat sekitarnya.Sungguh saya merasa bangga menjadi orang Bali dan orang indonesia pada umumnya.Pastinya ngga bakalan kecewa deh,klo kita singgah menikmati kopi di sebuah resto disana,sambil menikmati pemandangan sawahnya,dan tentunya sambil berphoto ria bersama teman-teman.Selamat mencoba !!